Terimakasih sudah berkunjung. Blog ini berisi segala sesuatu yang berhubungan dengan saya. Tentang hal-hal apapun yang saya suka, hal yang membuat saya berkarya, hal yang menginspirasi saya, hal yang membuat saya tertawa, yang mungkin juga bisa membuat anda merasakan hal yang sama.

@cogase @cogase

Rabu, 03 November 2010

PLN Fair Part 2: Gokil, Tes Kesehatan Pertama Saya

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, akhirnya Tes Kesehatan yang saya tunggu dateng juga. Kenapa saya tunggu, soalnya lebih cepet selese lebih baik, jadi keputusan untuk cari usaha lain masih ada. Tapi sayang, langkah saya terhenti di Tes ini. Yah meskipun ngga lolos, tapi paling tidak saya bisa menceritakan sedikit mengenai pengalaman saya mengikuti tes pada bagian ini. Tentunya saran saya untuk kalian yang akan menghadapi tes kesehatan apapun cuman satu: Yakinkan bahwa kalian sehat. Dari segi apapun.

Langsung saja ke topik pembicaraan. Tanggal 30 September 2010, adalah waktu kami untuk Briefing sebelum menjalani Tes Kesehatan. Dibagi dua kelompok dari sekitar 500 orang yang lolos, setengah di Jogja dan setengahnya lagi di Semarang. Dan kemudian tes kesehatannya diadakan selama 2 hari berikutnya. Saya dan Galih (yang kebetulan lolos) menukar jadwal kami yang sebenarnya hari jumat menjadi hari sabtu (ha ha, soalnya jumat rencana ada pembagian beasiswa, sayang kan kalo ga dateng). Pembekalan yang diberikan pada waktu briefing dilakukan di PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah & DIY lantai 7 daerah Jatingaleh Semarang. Intinya pada pembekalan tersebut adalah persiapan apa saja yang harus dilakukan sebelum menjalankan tes kesehatan, seperti puasa makan/minum yang macem macem 9 jam sebelum pengambilan tes gula darah. Saya yang memang ngeri dengan jarum suntik, sedikit was was, tapi ya sudah lah, toh sekali ini. Keesokan harinya pada pukul 9 pagi, bertempat di Prodia (daerah mataram), tes kesehatan dilaksanakan. Dari luar sih keliatan kecil tempatnya, tapi pas masuk ke dalem, ternyata luas juga. Berikut adalah tes yang saya jalani.

1. Tes Darah I & Urine I

Kaget juga ternyata tes ini yang harus dan wajib saya lakukan pertama kali. Pas disuntik pun saya tutupi jarum tersebut dengan telapak tangan, yang mungkin bisa ngurangin rasa ngeri. Tapi hasilnya = nihil. Tetep aja sakit, jasmani maupun spiritual, ha ha. Setelah diambil sekitar 5cc (mungkin, ngga tau juga ukurannya), mbak-nya bilang: "habis ini langsung tes urine, trus 2 jam dari sekarang balik kesini lagi buat diambil darahnya yang kedua". Weks !!!, kampret nih pikir saya. Dua kali, dan speechless. Sekali aja dah ngeri, gimana dua. = =". Jalan ke WC terdekat yang udah di jaga petugas, langsung masuk dan pipis. Parahnya, itu mas mas nungguin di dalem, berasa ngga puas aja ngeliat barang sendiri, kowkowko. Selese pipis (yang hasilnya lumayan bening, walaupun agak kuning, ho ho), kemudian saya berjalan disepanjang koridor menuju tempat pengambilan darah (naroh botol urine). Tapi di tengah perjalanan, yang ngga bisa saya jelaskan kenapa, tiba tiba saya langsung lemes. Bener-bener lemes gitu. Langsung duduk di koridor itu, berasa kek orang keabisan darah. Ada petugas yang lewat dan nanyain gimana perasaan saya, yang cuma saya jawab dengan geleng2 dan angguk2. Sekitar 15 menit yang terasa lama, akhirnya saya bisa bangun dan berjalan dengan lancar. Pendapat saya mengenai hal ini cuman satu: "rasa takut yg lebay". Yah mungkin karena emang ngga suka dengan jarum suntik, jadi memacu adrenalin saya. Kalo gara2 belom makan sih ngga mungkin. Soalnya saya juga sering untuk jarang makan, dan saya biasa biasa aja, :P. Setelah naroh botol, ternyata dapet nasi kotak. Dan wala...enak dan doyan smua. Ha ha, abis tanpa sisa, perut kenyang dan kembali fresh.

2. Tes Pendengaran, Foto & Tes Fisik
Sebenarnya setelah tes darah dan urine tadi, tidak ada keharusan khusus untuk urut menjalani serangkaian tes yang ada. Yang pasti waktu selama 2 jam itu dapat digunakan untuk menjalan kan tes lain, mana saja, yang sekiranya antreannya sedikit (biar cepet slese). Naik ke lantai 2, saya langsung menjalani tes pendengaran karena sepi. Tes Pendengaran ini intinya buar ngecek apa kamu budek ato ngga. Saya disuruh masuk ke sebuah ruang sempit kedap suara, yang didalamnya hanya ada kursi, kaca dan sebuah tombol. Tugas saya hanya simple, pencet aja tombolnya kalau saya mendengar suara seperti "tuut.." "teett.." dan bunyi2 lainnya. Dan yang perlu diperhatikan adalah, konsentrasi, karena suaranya suangat pelan. Setelah selesai tes di sana sini masih antre panjang. Oia, karena diharuskan foto, jadi saya ke stand (kek bazar aja stand, kwkkw) mas mas yg bawa kamera. Action dan ckreeexx..... Foto. Ho ho. Kemudian saya menuju ke antrian yang paling sedikit yaitu tes fisik. Ada 3 ruangan di sana dengan dokter yang berbeda-beda. Ruang pertama saya sempat melihat dijaga oleh Dokter yang sudah paruh baya. Ruang kedua dan ketiga dokternya masih muda. Cap cip cup, saya pilih yg tua. Karena mungkin tidak terlalu ribet menganalisa. Giliran saya masuk, dan langsung disuruh lepas pakaian oleh si dokter (oh god, belom2 suruh lepas, ganjen ah dokternya, wkwkkwk). Saya yang waktu itu hanya memakai boxer (pink pula, asli warna laen masih kotor), di pandangi dokter tersebut, entah karena boxer pink-nya atau memang sudah mulai menganalisa, mulai dari cacat fisik, penyakit yang terlihat, bentuk tangan kaki, kepala dll. Mungkin...saya juga masih bertanya tanya, ha ha. Lalu saya disuruh duduk di kasur, dan di tes gerak tangan, kaki, dengkul yg di ketok pake palu, yah semacam itu lah. Kemudian di tes Tensi, yang cukup kaget buat saya adalah ketika si dokter (ngga tau namanya, nama china soalnya, susah) berkata: "wah...tensinya koq tinggi sekali ya". Weks..masa iya, pikir saya. Lalu saya disuruh tenang sama si dokter, berbaring, dan rilekz, suruh merem, kacamata dilepas, suruh dibawa tidur. Sekitar 10 menit, tensi di cek lagi yang ternyata normal (fieuh..). Mungkin ini efek pengambilan darah tadi. Hhmm.... Saya pikir sudah selesai karena saya langsung menuju pakaian saya tercinta, tapi si dokter dengan pede berkata: "Sekarang lepas smuanya, termasuk celana dalamnya". Whattt.... ?!!@#$. Bugil, telanjang, naked?? am I supposed to do? Dengan hati mencelos, saya tanggalkan pakian satu demi satu, hikz (kek drama cuiy, asli, pergulatan emosional, spiritual dll) Oke, minimal ini demi sebuah perjuangan. Yang ngga disangka sangka lagi, si dokter berkata, "maaf..", sambil lalu memegang 'joni' saya, oh god !!!!. This is my first time that i'm naked in front of others, and the worst is when this person is male and he's touching yours. Campur aduk rasanya, speechless. Pikiran saya udah macem macem ngga jelas, antara malu, pura pura cuek, pede, Liat Nih !!, dan pengen kabur. Nggak nanggung2 lagi, si dokter minta saya buat nungging (!!@?!%$#^!@#). Untungnya ngga diapa-apain. Memang sih dari segi medis saya tau kalo itu untuk mengecek apakah ada penyakit kelamin atau tidak dan ambein atau tidak. Tapi....ngga gitu gitu juga kaleee...... Yah, nasi sudah menjadi t*i, jadi saya iklaskan saja dan pasrah dengan keadaan(berasa abis dinodai, wkwkwkkw). Diluar, orang-orang yang sudah selesai tes fisik pasti mengerti apa yang baru saja saya alami. Dan sedikit bercerita dengan sesama kontestan mengenai hal ini(wuidih..kek idol aja kontestan, ha ha), saya sedikit lega, minimal ngga cuma saya yg di zolimi, huahahaha....Malah ada yang lebih parah kata salah seorang teman saya disitu. Pas kejadian yang disuruh nungging, ternyata ada juga yang dimasukin kek semacam alat buat nusuk di anus-nya (aarggghhhh,,, ngeri). Antara ngakak dan geli aja dengernya. Disini saya merasa beruntung karena memilih dokter yang sedikit berumur, ha ha. Namanya juga Medical Checkup, berarti ya di tes smuanya sampai detail. oke cukup tes fisiknya sampai disini.

3. Tes Mata, Berat Badan, Jantung, Rontgen
Ketiga tes ini lancar lancar aja menurut saya. Untuk tes mata, berhubung mata saya udah minus 3 untuk keduanya, jadi ketika saya disuruh melepas kacamata dan disuruh membaca berbagai huruf dari besar sampai kecil dengan jarak sekitar 4 meter adalah Nihil. Nggak keliatan sama sekali. Saya apal sih beberapa baris dari atas, tapi ngga lucu kan kalo ngapalin. Dan lanjut untuk pengukuran berat badan, oke, berat dan tinggi saya memang kurang ideal. Tinggi saya 162 dan berat 49. T_T kurus beud....jadi ngga usah panjang lebar soal ini. Waktu melihat tes buta warna yang antrenya seabrek, jadi saya turun untuk tes yang lain. Tes jantung seperti biasa, kita disuruh bertelanjang dada, dan ditempeli seperti alat pengukur detak jantung di sekitar tubuh kita selama 1 menit. Setelah itu langsung antre di ruang rontgen yang ternyata hanya di tes rontgen dada-nya saja, tidak seluruh tubuh. Jadi tes ini simple menurut saya.

4. Tes Darah II, Urine II, Buta Warna dan Keseimbangan
Sama dengan tes yang pertama alurnya, kalo yang tadi tangan kiri, sekarang gantian dari tangan kanan. Jadi alhasil kedua tangan saya cukup cape, (fieuh..). Kata mbaknya, tes ini untuk mengecek darah setelah makan (yang tadi sebelum makan). Urine pun juga sama. Kemudian untuk tes buta warna juga normal seperti biasanya. Dan keseimbangan, saya hanya disuruh untuk berjalan lurus dengan mata tertutup, bolak balik. Saya pribadi menganggap tes yang ini lancar2 saja. Dan akhirnya saya selesai menjalani serangkaian tes tersebut, dan selesai sekitar jam 2.

Dan disinilah perjalanan PLN Fair ini saya terhenti, saya harus tereliminasi bersama ke-300 orang lainnya, termasuk teman baru saya Fajri (halo jri ^^). Yang pasti pengalaman ini sangat berarti buat saya, mulai dari awal daftar, PP Jogja-Salatiga (padahal malemnya saya kerja, jadi ngga tidur 2 hari kalo pas tes), nunggu luama banget buat tes kesehatan, suruh bugil T_T, dipegang, cowok pula, swt !!!(mungkin biasa bagi yang sudah sering menjalaninya, tapi ini baru pertama kali buat saya), dan akhirnya tereliminasi. Ho ho. Jadi sekarang waktunya saya untuk mencoba peruntungan di tempat lain. Wish me luck


ஜ۩۞۩ஜ The End ஜ۩۞۩ஜ



_cogase

NB: Belom baca yang Part I ?? baca dulu gih di PLN Fair Part I: Inilah Pengalaman PLN Fair Saya